Sosial Politik

Rabu, 18 Maret 2015

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR



PENDAHULUAN
Diera menjelang tahun 2010, gerak perubahan zaman terasa semakin cepat dan semakin padat. Perubahan terus menerus terjadi seiring gejolak globasisasi yang kian melanda dunia. Globalisasi politik, ekonomi dan kebudayaan memperluas cakrawala berpikir manusia kontemporer tentang hakikat eksistensinya sebagai makhluk sosial di muka bumi ini.
Arus deras globalisasi membawa tantangan baru bagi bangsa-bangsa di dunia. Ada kemajuan, ada harapan baru yang muncul dari pola hubungan internasional yang menekankan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Namun berbarengan dengan itu muncul pula keprihatinan-keprihatinan serius, terutama mengenai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengenai kerusakan lingkungan hidup, pembengkakan jumlah penduduk termasuk transisi dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat industri-modern.
Dalam keadaan seperti itu timbul kekhawatiran serius akan terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya yang mengarah pada krisis identitas dalam menyongsong datang era baru yang tidak hanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan modern canggih, melainkan juga perealisasian masyarakat Indonesia yang berbudaya “Pancasila” dalam arti sesungguhnya.
Upaya pengembangan dapat tercapai melalui proses interaksi kreatif melalui suatu proses transformasi sosio-kultural yang bersifat kreatif. Oleh karena itu sebagai institusi perlu menyadari bahwa pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan merupakan proses humanisasi, proses pemanusiaan manusia, atau proses peningkatan harkat dan martabat manusia yang perwujudannya melalui “transfer of knowledge dan transfer of skills” dengan penekanannya pada aspek yang seimbang antara pembudayaan kepribadian dan pengajaran memungkinkan lahirnya generasi muda di bidang administrasi Negara yang memiliki kemampuan dan keterampilan akademik yang handal sekaligus memiliki kepribadian yang berbudaya yang dapat menjadi panutan publik.
Untuk mencapai kematangan intelektual dalam arti sesungguhnya, mahasiswa tidak cukup hanya berbekalkan pengetahuan-pengetahuan serta keterampilan-keterampilan tehnis dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi, lebih dari itu mereka harus memiliki pengetahuan sosial budaya yang memadai dengan mengingat bahwa:
Pertama : Ilmu pengetahuan atau keahlian serta keterampilan itu sendiri merupakan: produk sosial budaya, dan hanya menemukan maknanya jika ditetapkan dalam konteks sosial budaya.
Kedua : Tujuan seluruh upaya pengembangan ilmu pengetahuan modern canggih, baik yang dilakukan oleh PT maupun di masyarakat adalah demi kesejahteraan manusia dan masyarakat.
Ketiga : kecerdasan ataupun kreatifitas hanya mungkin bertumbuh subur di atas suatu basis pengetahuan yang luas tentang manusia dan kebudayaan. Eksistensi manusia dan kebudayaannya merupakan sumber inspirasi yang tiada habisnya.
BAB I
KONSEP ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
A.    Pengertian
Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah-masalah sosial, khususnya yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial.
Ilmu sosial berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dalam era pembangunan, khususnya di Indonesia. Dalam perkembangannya timbullah faham studi sosial (social studies) yang dipergunakan bagi keprluan pendidikan dan pengajaran, dan bukan merupakan suatu disiplin ilmu mandiri.
Sosial studi atau ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengejaran di sekolah dasar dan menengah (elementary dan secondary).
Pengertian kedua istilah di atas (ilmu sosial dasar dan ilmu pengetahuan sosial) menunjukkan adanya perbedaan dan persamaan satu sama lain.
1.      Persamaan antara ilmu pengetahuan sosial dan ilmu sosial dasar adalah:
a.       Keduanya merupakan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan/pengajaran.
b.      Keduanya bukan disiplin ilmu yang berdiri sendiri
c.       Keduanya mempunyai materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan masalah sosial
2.      Perbedaan ilmu pengetahuan sosial dengan ilmu sosial dasar adalah:
a.       Ilmu sosial dasar diberikan di Perguruan Tinggi, sedang ilmu pengetahuan sosial diberikan di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan
b.      Ilmu sosial dasar merupakan satu mata kuliah tunggal, sedang ilmu pengetahuan sosial merupakan kelompok dari sejumlah mata pelajaran (untuk sekolah lanjutan)
c.       Ilmu sosial dasar diarahkan kepada pembentukan sikap dan kepribadian, sedang ilmu pengetahuan sosial diarahkan kepada pembentukan pengetahuan dan keterampilan intelektual

B.     Latar Belakang Ilmu Sosial Budaya Dasar
Banyaknya kritikan yang ditujukan pada sistem pendidikan di PT oleh sejumlah cendikiawan, terutama Sarjana Pendidikan. sosial dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan yang sedang berlangsung ini masih berbau kolonial, dan masih merupakan warisan sistem pendidikan pemerintah Belanda, yang kebijakan dari “Politik Balas Budi” yang dianjurkan oleh Conrad Theodore van Deventer. Sistem ini bertujuan menghasilkan tenaga-tenaga terampil untuk menjadi tukang-tukang yang mengisi birokrasi mereka  di bidang administrasi perdagangan, tehnik dan keahlian lain  dengan tujuan eksploitasi kebudayaan Negara.
Hal lain ialah, system pendidikan kita menjadi sesuatu yang “elite” bagi masyarakat kita sendiri, kurang akrab dengan lingkungan masyarakat, tidak mengenali dimensi-dimensi lain di luar disiplin keilmuannya. Perguruan tinggi seolah-olah menara gading yang banyak menghasilkan sarjana-sarajan “tukang”, tidak atau kurang peka terhadap denyut kehidupan, kebutuhan, serta perkembangan masyarakat. Sebagai upaya mengatasi kegusaran para cendekiawan tersebut, diberikanlah ilmu sosial dasar sebagai pelengkap pembentukan sarjana paripurna sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, dengan peragaan kuliahnya mempunyai ciri-ciri tersendiri, banyak menyangkut “problem oriented” yang dirasakan dan nyata di masyarakat.
Tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan memiliki tiga jenis kemampuan yang meliputi personal, akademis, dan kemampuan professional.
Kemampuan personal adalah kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan (pancasila), serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Kemampuan akademis adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sistematis, analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatif pemecahan.
Kemampuan profesional adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesi.

C.    Masalah Sosial dan Ilmu Sosial Dasar
Masalah-masalah sosial merupakan hambatan-hambatan dalam usaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Pemecahannya menggunakan cara-cara yang diketahuinya dan yang berlaku, akan tetapi aplikasinya menghadapi kenyataan, hal yang biasanya berlaku telah berubah, atau terhambat pelaksanaannya. Masalah tersebut dapat terwujud sebagai masalah sosial, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, atau masalah lainnya.
Apa yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya dapat dipahami bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya yang dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial, serta ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia itu terwujud (Nisbet, 1961).
Pengertian masalah sosial memiliki dua pendefenisian :
Pertama : pendefenisian menurut umum atau warga masyarakat adalah segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum,
Kedua : pendefenisian menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
            Dapat dicontohkan : masalah pedagang kaki lima (defenisi umum), bukan masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka, dan pelayanan bagi warga masyarakat pada taraf ekonomi tertentu. Sebaliknya para ahli perencanaan kota menyatakan pedagang kali lima sebagai sumber kekacauan lalu lintas dan peluang kejahatan. Oleh karena itu batasan yang lebih tegas dikemukakan oleh Leslie (1974) yang dikutip oleh Parsudi (1981), bahwa  masalah-masalah sosial adalah suatu kondisi yang mempunyai pengaruh kepada kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak disukai, oleh karena itu dirasakan perlunya untuk diatasi atau diperbaiki. Pendapat lain menurut Cohen (1964), masalah sosial adalah terbatas pada masalah-masalah keluarga, kelompok atau tingkah laku individual yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya. Jadi masalah sosial adalah suatu cara bertingkah laku yang telah disepakati bersama oleh warga masyarakat.
            Upaya penanggulangan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika, merupakan suatu contoh problem sosial dikalangan remaja yang panggulangannya menuntut kerja sama interdisiplin maupun multidisiplin ilmu. Kenakalan remaja pada umumnya timbul sebagai akibat situasi dan kondisi keluarga yang goyah. Termasuk diantaranya pihak orang tua kurang memberikan perhatian sepenuhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya menyebabkan anak-anaknya tidak betah tinggal di rumah, dan pada gilirannya melahirkan permasalahan sosial seperti:
1.      Secara psikologi : remaja menderita depresi mental yang cukup berat akibat konflik batin dengan keluarga menyebabkan ia merasa rendah diri dan frustasi.
2.      Secara teolog : profil keluarga kurang taat menjalankan syariat agamanya, alpha akan hakikat hidup.
3.      Secara antropolog : remaja merasa kurang mendapat perlakuan dan pengakuan sebagai anak menyebabkan mencari pelarian pada organisasi sosial di luar rumah.
4.      Secara sosiolog : terjadi konflik sosial di dalam keluarga dan masyarakat di lingkungannya, walaupun tingkat dan strata sosial keluarga itu tergolong baik.
5.      Secara psikiatrik : kondisi syaraf dan kejiwaan remaja tersebut mengalami guncangan.







BAB II
KONSEP ILMU BUDAYA DASAR
A.    Latar Belakang Ilmu Budaya Dasar
Sebagai ciptaan manusia, kebudayaan adalah dunia khas manusia. Kebudayaanlah yang membedakan manusia dengan hewan. Sebagai makhluh historis, hidup manusia ditandai dengan upaya yang tiada henti-hentinya untuk menyempurnakan dirinya. Upaya tersebut berlangsung dalam konteks sosial tertentu , dalam jaringan interaksi yang kompleks dengan sesamanya, dengan bermacam-macam ragam pranata sosial yang menetukan arah dan gerak hidup masyarakat, dan dalam relasi fundamentalnya dengan alam atas atau dunia ilahi. Karena manusia tidak bisa hidup sendirian. Latar belakang ilmu budaya dasar, tidak terlepas dari konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan  di perguruan tinggi.
Latar belakang ilmu budaya dasar (IBD) dalam konteks budaya Negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
1.      Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keaneka ragam budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan.
2.      Proses pembangunan yang tengah berlangsung dan terus menerus menimbukan dampak positif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusia pun terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini adalah timbulnya konflik dalam kehidupan.
3.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi positifnya, juga memiliki segi-segi negatif. Akibat negatif teknologi, manusia kini menjadi resah dan gelisah. Keresahan manusia tersebut muncul akibat adanya benturan-benturan nilai teknologi modern dengan nilai tradisional, karena sains dan teknologi berpijak pada suatu kerangka budaya dan kebudayaan asing yang menimbulkan perubahan orientasi budaya.
Dari segi pandangan politis, Indonesia adalah sesuatu yang utuh. Akan tetapi di dalam keaneka ragaman kebudayaannya secara jujur diakui masih terdapat jarak komunikasi diantara kelompok etnis, hal yang sering menimbulkan konflik budaya pada sesorang yang bergerak dari sekelompok etnis ke kelompok etnis yang lain. Konflik budaya tersebut sering kali bersifat nasional. Oleh karena itu, seorang calon intelektual harus mampu mengenal dan menyadari adanya masalah semacam ini, memiliki wawasan yang luas tentang soal-soal kebudayaan, sehingga mereka sanggup dan mampu memegang peranan dalam usaha-usaha pembangunan dan modernisasai.

B.     Lingkup Ilmu Sosial Budaya Dasar
Untuk memenuhi ilmu sosial budaya dasar termasuk kelompok ilmu pengetahuan yang mana, perlu dipahami lebih dahulu pengelompokan ilmu pengetahuan itu sendiri. Prof. Dr. Harsja Bachtiar (1981) mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu kelompok ilmu alamiah (natural sciences), kelompok ilmu sosial (social sciences) dan kelompok pengetahuan budaya (the humanities).
1.      Kelompok ilmu alamiah
Kelompok ilmu alamiah bertujuan unutk memahami keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal itu maka digunakan metode ilmiah dengan cara menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan itu, kemudian dibuat analisis guna menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100% benar atau 100% salah. Termasuk kelompok ilmu alamiah antara lain astronomi, fisika, kimia, biologi, kedokteran dan mekanika.
2.      Kelompok ilmu sosial
Kelompok ilmu sosial bertujuan untuk memahami keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar manusia dengan cara menggunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu alamiah. Akan tetapi hasil penelitiannya tidak mungkin 100% benar, melainkan hanya mendekati kebenaran, dan tidak pula 100% salah. Sebabnya adalah ketentuan dlam hubungan antar manusia itu dapat berubah dari waktu ke waktu. Termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial antara lain ekonomi, sosiologi, politik, demografi, psikologi, sosial dan sosiologi hukum.
3.      Kelompok pengetahuan budaya
Kelompok pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode pengungkapan peristiwa dan pernyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti. Peristiwa dan pernyataan itu pada umumnya terdapat dalam tulisan-tulisan. Metode ini tidak ada sangkut pautnya dengan metode ilmiah, hanya mungkin ada pengaruh dari metode ilmiah. Termasuk kelompok pengetahuan budaya antara lain filsafat, seni (sastra, tari, rupa, musik dan lukis), sejarah, antropologi budaya, hukum dan agama.

C.    Masalah-masalah Budaya Dasar dan Ilmu Budaya Dasar
Masalah-masalah budaya adalah segala sistem atau tata nilai, sikap, mental, pola pikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara keseluruhan. Atau dapat dikatakan bahwa masalah adalah masalah tata nilai yang dapat menimbulkan krisis-krisis kemasyarakatan, misalnya terjadinya proses “dehumanisasi” atau pengurangan arti kemanusiaan seseorang.
Masalah-maslah budaya tersebut mencakup:
1.      Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya.
Hakikat manusia universal. Akan tetapi perwujudannya beraneka ragam. Ada kesamaan-kesamaan, tetapi juga ketidak seragaman yang diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan pikiran dan perasaan, tingkah laku dan hasil kelakuan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar