BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa
ini kita sering mendengar ungkapan bahwa zaman ini berada dalam era informasi.
Dalama kaitannya masyarakat modern dikenal sebagai masyarakat informasional.
Dan hal ini memang benar karena diketahui salah satu fenomena yang dewasa ini
sudah “mendunia” dan berlangsung dengan kepesatan yang sangat tinggi ialah
perkembangan dan berbagai terobosan di bidang teknologi informasi. Aplikasinya
dalam dunia nyata pun sudah sangat beragam sehingga tidak ada lagi segi
khidupan dan penghidupan yang tidak tersentuh oleh informasi, baik pada
individu, kelompok, organisasi, negara dan sebagainya. Seiring dengan hai
inilah timbul atau lahirlah disiplin ilmiah baru yang dikenal dengan
“informatika”, meskipun disiplin ini bisa di katakan baru yang berkembang pada
dekade 70-an namun mampu berkembang begitu pesat dan memberikan kontribusi
subtansial yang menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya informasi sebagai
suatu resource organisasi yang strategis. Sehingga sebagai tanggapan
feomena tersebut, para pakar telah mengembangkan orientasi baru dalam bidang
informasi yang dikenal dengan “sistem informasi manajemen (information
management system).
Pengamatan
dan kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan dan terobosan teknologi informasi
akan terus berlanjut di masa depan. Oleh karena itu tidak sulit untuk
memperkirakan bahwa salah satu ujian kemahiran dan keandalan dimasa depan
adalah kemampuannya memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Sehingga
kemampuan memanfaatkan informasi dan menjalankan fungsu-fungsi manajerial akan
menentukan keberhasilan atau tidaknya manajemen yang bersangkutan meraih
keberhasilan dalam mengelolah organisasi yang dipimpin.
Untuk
menunjukkan betapa pentingnya peranan informasi dalam kehiupan dewasa ini,
yaitu bahwa masyarakat yang mengelolah informasi secara tradisional itu disebut
dengan masyarakat prainformasional dan masyarakat yang telah mampu memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi disebut masyarakat informasional. Dan memang benar
bahwa berbagai organisasi sangat membutuhkan informasi sudah ada sejak dahulu
hingga sekarang penanganan suatu sistem informasi dilakukan melalui tuju tahap
:
1.
Pengumpulan data, 2. Klasifikasi data, 3. Pengelolaan data supaya berubah
bentuk,sifat dan kegunaannya menjadi informasi, 4. Interpretasi informasi, 5.
Penyimpanan informasi, 6. Penyampaian informasi atau transmisi kepada pengguna,
dan 7. Penggunaan informasi untuk kepentingan menajemen organisasi. Namun hal
ini merupakan sebuah akibat dari perkembangan teknologi informasi khususnya
komputer yang membedakan antara masyarakat prainformasional yang dalam penangan
informasi dilakukan secara manual atau mekanik dan masyarakat informasional
dalah masyarakat yang memanfaatkan atau menggunakan komputer dalam mengelolah
informasi. Oleh karena itu, lahirnya masyarakat informasional bukan saja karena
makin pentingnya peranan informasi dalam mengelolah organisasi, akan tetapi
juga sebagai akibat dari pemanfaatan perkembangan dan terobosan teknologi
informasi, baik dilihat dari aneka ragam perangkat keras maupun dilihat dari
sudut pandang dukungan prangkat lunak yang memungkinkan aplikasinya yang makin
beraneka ragam pula.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
ciri-ciri masyarakat informasional ?
2.
Bagaimana
tahap-tahap penanganan informasi ?
3.
Bagaimana
pengaruh kepemimpinan terhadap sistem informasi ?
4. Bagaimana struktur organisasi ditinjau
dari segi informasi ?
C.
Tujuan
v
Mengetahui
bagaimana ciri-ciri masyarakat informasional dengan masyarakat
prainformasional.
v
Untuk
mengetahui bagaimana tahap atao proses penanganan informasi
v
Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap sistem informasi
v
Untuk
mengetahui bagaimana struktur organisasi yang ditinjau dari segi informasi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Ciri-Ciri
Masyarakat Informasional
Untuk
lebih memahami apa yang disebut sebagai “masyarakat informasional” yaitu,
dengan perbandingan ciri-ciri masyarakat informasional dengan masyarakat
prainformasonal.
Berikut ini gambaran perbandingan
ciri-ciri tersebut :
NO
|
CIRI
|
MASYARAKAT
PRAIMFORMASIOANAL
|
MASYARAKAT
INFORMASONAL
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
|
Dasar
Ilmiah
jumlah
informasi
tingkat
pertambahan informasi
dasar
seleksi
kecepatan
transmisi informasi
lingkup
informasi
biaya
pengadaan informasi
isi
informasi
lokasi
informasi
jangkauan
terhadap informasi
cara
penyampaian informasi
jenis
interdefendensi
variabilitas
informasi
unit
untuk penangan informasi
struktur
pengolahan informasi
kerangka
nilai interpretasi
ukuran
teknologi informasi
tingkat
kompleksitas sistem informasi
arus
informasi
pemecaham
masalah
partisipasi
sosial dlm pengolahan informasi
tingkat
kerahasiaan
orientasi
waktu
|
paradigma
yang kaku
langkah
linear
kabur
lambat
sempit
mahal
stabil
tetap
terbatas
monomedia
rendah
pengalaman
langsung
individu
hierarkis
monistik
besar
sederhana
dari
seorang kebanyak orang
lokal
perwakilan
(by proxy)
penuh
kerahasiaan
masa
lalu
|
kemampuan
menggabung yang kreatif
melimpah
eksponensial
tepat
cepat
luas
merah
berubah-ubah
mobil
terbuka
multimedia
tinggi
tidak
langsung
mesin/bantuan
mesin
horizontal
pluralistik
kecil
kompleks
dari
banyak orang keseorang
berdasarkan
pendekatan kesisteman
universal
dan langsung
penetratif
masa
depan
|
Penjelasan
mengenai bagan di atas sebagai berikut :
1)
Dilingkungan masyarakat
prainformasional ilmu pengetahuan yang dipergunakan itu masih sederhana
sehingga paradigma ilmiahnya pun sering kaku. Sedangkan pada masyarakat
informasional instrumen yang dipergunakan sudah memanfaatkan teori baru dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang canggih.
2)
Pada masyarakat
prainformasional menghadapi berbagai permasalahan yang relatif sederhana
dibandingkan dengan masyarakat yang maju. Sehingga, dalam situasi ini jumlah
informasi yang dibutuhkannya masih relatif sedikit dibandingkat dengan
masyarakat yang tergolong maju. Di samping itu, alat yang dipergunakan dalm
menciptakan informasi masih sangat terbatas. Sebaliknya berkat perkembangat
teknologi informasi yang pesat, maka masyarakat maju dapat menciptakan
informasi dalam jumlah yang besar dengan waktu yang singkat.
3)
Masih berkaitan dengan
diatas, bahwa masyarakat prainformasional informasi bertambah dengan lambat.
Sebaliknya, pada masyarakat informasional informasi itu bertambah sangat cepat
dengan dukungan alat-alat pengolahan informasi yang makin tinggi dan canggih.
4)
Dengan menggunakan
paradigma kaku bagi masyarakata yang belum maju dalam menyeleksi jenis-jenis
informasi sering tidak jelas karena lebih berdasar pada subjektif semata atau
sesuai “selera” dan sebaliknya bagi masyarakat yang maju menggunakan paradigma
penggabungan kreatif yang bebas selera.
5)
Penyampaian informasi
bagi masyarakat belum maju lambat karena hanya menggunakan saluran telepon dan
cara kerjanya pun lambat. Sebaliknya bagi masyarakat modern menggunakan alat-alat
teknologi tinggi dan canggi dengan kecepatan tinggi.
6)
Dalam proses
pengambilan keputusan pada masyarakat yang belum maju itu relatif sederhana,
sehingga permasalahan yang timbul dipecahkan satu per satu. Sebaliknya pada
masyarakat maju biasanya dihadapkan pada berbagai masalah sekaligus, sehingga
bentuk informasi yang dibutuhkan itu beragam.
7)
Biaya begitu tinggi
pada masyarakat prainformasional, meskipun jumlah informasi yang diolah tidak
terlalu banyak tapi sarana pengolahannya yang tidak memadai sehingga
membutuhkan tenaga pengolah yang besar dan itupun biasa bukan dalam bentuk
informasi siap pakai. Sebaliknyapada masyarakat informasional, biaya pengolahan
murah meskupun dalam jumlah besar. Karena kecanggihan perangkat keras dan
perangkat lunak yang dipergunakan.
8)
Pada masyarakat
prainformasional umumnya berkembang dengan lamban, permasalahan yang dihadapi
pun tidak rumit, sehingga isi informasi yang dibutuhkan tidak sering mengalami
perubahan. Sebaliknya, pada masyarakat informasional salah satu fenomena yang
terlihat sering mengalami perubahan, karena semakin maju suatu masyarakat maka
semakin tinggi pulah dinamika masyarakat tersebut, sehingga isi informasi yang
dibutuhkan itu selalu mengalami perubahan.
9)
Salah satu ciri
masyarakat prainformasional itu tingkat mobilitasnya yang rendah dan dalam
pengambilan keputusan kunci pada masyarakat umumnya sama, sehingga biasanya
pengambilan keputusan itu berada pada segelintir orang misalnya toko
masyarakat/adat atau orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh. Sebaliknya,
pada masyarakat informasional mobilitas kehidupannya cukup tinggi misalnya,
perpindahan pemukiman dan pekerjaan, sehingga arus informasi bergerak cepat
mengikuti mobilitas manusia yang ada didalamnya.
10) Dalam
lingkungan masyarakat prainformasional, jangkauan informasi masih terbatas
karena bentuk dan sifat keputusan yang diambil memerlukan dukungan informasi
yan terbatas pula. Sebaliknya pada masyarakat informasional, jangkauan
informasi menjadi terbukan dan tanpa batas.
11) Pada
masyarakat prainformasional, proses penyampaian informasi masih sangat terbatas
yaitu hanya melalui media tunggal atau monomedia
dan bahkan sering lisan. Sebaliknya pada masyarakat informasional, proses
penyampain informasi terbuka lebar artinya multimedia yaitu bisa melalui penyampaian
langsung atau tatap muka, media radio, media televisi, media cetak dan melalui
internet.
12) Seperti
yang diketahui bahwa masyarakat tradisional terdiri dari kelompok-kelompok yang
memiliki pertalian darah. Artinya bahwa, jumlah informasi yang dibutuhkan
terbatas dan pemanfaatannyapun terbatas pada kepentingan kelompok yang
bersangkutan saja. Sebaliknya pada masyarakat modern, sudah mengalami
keterbukaan sehingga terjadi interaksi baik interpendensi secara internal
maupun secara eksternal dengan orang lain yang mengakibatkan penggunaan
berbagai informasi yang dimiliki.
13) Pada
masyarakat prainformasional, hubungan antara manusia pada umumnya terjadi
secara langsung dengan bahasa lisan, dan informasipun disampaikan engan hal
yang sama sehingga variabilitas informasi pun bersifat sama. Sebaliknya pada
masyarakat informasional, hubungan terjadi secara tidak langsung dan
menggunakan media untuk penciptaaan dan pemeliharaan hubungan tersebut.
14) Cara
penanganan informasi pada masyarakat prainformasional dilakukan secara manual
atau melalui tenaga manusia, hal demikian karena pada umumnya jumlah informasi
dan SDM yang terbatas. Sebaliknya pada masyarakat informasional, penanganan
informasi dilakukan dengan menggunakan tenaga mesin-mesin pengolah informasi.
15) Dalam
masyarakat tradisional terjadi stratifikasi kekuasaan dan stratifikasi dalam
pengelolaan informasi, sehingga pengelolaan dan penyampaian informasi bersifat
heararkis mengikuti kerarki kekuasaan yang ada didalam masyarakat secara
keseluruhan. sebaliknya pada masyarakat modern, meskupun stratifikasi kekuasaan
tetap ada, namun pada masyarakat yang sudah maju lebih terbuka terhadap
pentingnya interaksi, interrelasi dan interpendensi antara satu komponen
organisasi dengan komponen lainnya sehingga proses pengelolaan informasi tidak
lagi bersifat herarkis melainkan horizontal.
16) Agar
sebuah informasi bermanfaat maka informasi harus diinterpretasikan dengan tepat
yang disesuaikan dengan proses pengambilan keputusan. Pada masyarakat
tradisioanl, pengambilan keputusan tergantung pada seseorang yang dianggap
berkuasa, sehingga proses pengambilan keputusan bersifat monistik. Sebaliknya
pada masyarakat modern, sebagai akibat demokratisasi dan didukung oleh
teknologi yang canggih sehingga pola pengambilan keputusan dilakukan secara
bersama.
17) Pada
masyarakat tradisional, perangkat pengolah data terbatas dengan ukuran yang besar
pada saat itu, sehingga proses pengolaan data kepegawaian dan keuangan
terbatas. Sebaliknya pada masyarakat modern, semakin majunya teknologi
informasi baik itu prangkat keras maupun perngkat lunak sehingga proses
pengolaan data lebih luas dan dewasa ini tidk ada lagi segi kehidupan dan
penghidupan yang tidak tersentuh.
18) Diketahui
bahwa semakin maju suatu masyarakat maka semakin dinamis pula masyarakat
tersebut dan masalah yang dihadapi pun semakin beraneka ragam pula. Pada
masyarakat prainformasional sistem informasinya relatif sederhana. Berbeda
dengan dewasa ini yang semakin kompleksnya sistem informasi yang tersedia
sehingga memberikan kemudahan dalam proses pengolahan data.
19) Pada
masyarakat prainformasional, arus informasi mengalir dari seseorang ke orang
banyak, artinya dari pimpinan tertinggi dimasysrakat disebarluaskan kepada para
anggotanya. Sebaliknya pada masyarakat informasional, arus informasi dari bawah
ke atas yaitu dari para pengambil keputusan dari esalon terendah ke pimpinan
tertinggi dalam rangka peningkatan produktivitas, efisiensi dan aktivitas kerja
organisasi secara keseluruhan.
20) Dalam
masyarakat prainformasional, masalah yang dihadapi relatif sederhana, tidak
terlalu di pentingkan pendeatan kesisteman dalam penanganan informasi karena dengan
pendekatan lokal sudah memadai. Sebaliknya pada masyarakat informasional,
permasalahan yang dihadapi semakin kompleks sebagai akibat dari kemajuan
peradaban, sehingga sangant diperlukan pendekatan atau langkah-langkah
pemecahan masalah yang canggi.
21) Pada
masyarakat tradisional, tingkat kepedulian itu renda karena masyarakat lebih
cenderung menyerhkan kepada orang-orang yang dianggap berpengaruh atau sebagai
tokoh masyarakat, dengan kata lain proses pengolahan informasi berlangsung
dengan cara perwakilan. Sebaliknya pada masyarakat modern, partisipasi dalam
proses pengolahan informasi pada umumnya tinggi, bersifat universal dan
langsung.
22) Pada
masyarakat prainformasional relatif tertutup dan tingkat kerahasiaannya sangat
tinggi, sehingga informasi hanya bagi orang-orang tertentu saja atau hanya pada
suatu kelompok tertentu. Sebaliknya pada masyarakat informasional itu terbuka
sehingga informasi sangat penetratif dan akses pada informasi terbuka lebar,
bukan hanya pada tingkat lokal, nasional, regional bahkan pada tingkat global.
23) Diatas
telah dikatakan bahwa masyarakat prainformasional lebih mempertahankan status quo ketimbang menyambut perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat prainformasional lebih senang bernostalgia dengan kejayaan masa lalu
ketimbang masa depan. Berbeda dengan masyarakat informasional yang pada umumnya
tidak takut pada resiko yang akan timbul dimasa depan, dengan kata lain
informasinya lebih bororientasi pada masa depan.
B.
Tahap-Tahap
Penanganan Informasi
Sesungguhnya,
makin pentingnya peranan informasi dalam pengelolaan suatu organisasi dalam lingkungan masyarakat
merupakan “produk” sebab-akibat. Faktor pemicunya adalah semakin majunya
masyarakat karena berbagai hal seperti pendidikan, demokratisasi, politik,
pembangunan ekonomi yang membawa serta berbagai macam permasalahan. Hasilnya
dewasa ini menciptakan terobosan di bidang teknologi informasi seperti
perangkat keras maupun perangkat lunak.
Bagan
Tahap-Tahap Penanganan Informasi
Penciptaan
informasi
|
Transmisi
selektif
|
Penyimpanan
dan penelusuran
|
teknologi
informasi
|
Evaluasi
kritisdan umpan balik
|
Penggunaan
|
Penerimaan
selektif
|
Pemeliharaan
informasi
|
1)
Penciptaan Informasi
Teori
informatika menekankan bahwa agar benar-benar mampu memberikan dukungannya
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang dibutuhkan harus memenuhi
kelengkapannya, kemutakhiran, keandalan agar persyaratan tersebut hanya dapat
apabila data merupakan bahan baku informasi yang betul-betul digali dari sumber
yang tepat. Kemudian data yang diperoleh tersebut diolah kembali agar sifatnya
berubah menjadi informasi yang memiliki nilai sebagai alat pendukung dalam
pengamblan keputusan.
Dari segi inilah tahap penciptaan informasi harus dilihat. Dalam
menciptakan informasi tidak terlepas dari identifikasi dan penggalian
sumber-sumber yang tepat. Sumber informasi yang digali harus layak karena
sangat bervariasi dari satu organisasi ke oranisasi lain karena tergantung dari
proses apa informasi diciptakan dan untuk apa dipergunakan. Pentingnya
identifikasi dan pengenalan sumber-sumber informasi yang pantas dan layak
digarap semakin relevan untuk diperhatikan karena di samping lebih menjamin
bahwa data yang dikumpulkan untuk diolah agar bermutu tinggi, karena juga
proses penciptaan informasi tersebut harus diupayakan agar berlangsung dengan
tingkat efisiensi yang tinggi.
2)
Pemeliharaan Saluran
Informasi
Telah
umum kita ketahui bahwa salah satu perkembangan pesat yang terjadi di era
informasi dewasa ini adalah terjadinya perkawinan antara teknologi komunikasi
dengan teknologi informasi yang mengakibatkan banyaknya saluran penyampaian
informasi dari satu pihak ke pihak lain baik secara internal maupun secara
eksternal atau dikenal dengan multimedia. Dan saluran tersebut
dapatberupa : 1. Saluran melalui komunikasi lisan, 2. Saluran dengan
menggunakan tulisan, 3. Komputer, 4. Saluran telepon, 5. Teleks, 6. Faksimile,
dan 7. E-mail.
Walupun
tidak semua organisasi mutlak menggunakan semua saluran tersebut karena
berbagai faktor seperti jarak, lokasi persyaratan kecepatan penyampaian
informasi dan berbagai faktor lain, yang jelas dewasa ini pemilikannya tidak
memerlukan biaya yang besar/mahal.
3)
Seleksi dan Transmisi
Informasi
Tidak
semua satuan kerja dan tidak sebuah orang yang terdapat dalam satu organisasi
memerlukan informasi yang berbeda misalnya, organisasi yang bergerak dibidang
produksi dan organisasi yang bergerak dibidang SDM membutuhkan informasi yang berbeda.
Dengan kata lain, informasi yang dimiliki oleh organisasi perlu
diseleksi oleh berbagai pemakai informasi tersebut. Berarti mengetahui nformasi
apa yang dikirim kepada siapa dan untuk kepentingan apa menjadi penting. Dan
menggunakan sarana transmisi informasi yang tepat.
4)
Penerimaan Informasi
Secara Selektif
Seperti
yang telah dibahas diatas tentang kemampuan memilih informasi. Penerima
informasi pun harus memiliki kemampuan untuk melakukan seleksi, hal tersebut
untuk : 1. Hanya informasi yang relevan dengan misi,tugas yang diambilnya, 2.
Biaya transmisi dapat ditekan serendah mungkin, dan 3. Pengguna tidak memikul
beban pemeliharaan yang sesungguhnya tidak diperlukan.
Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat data induk (data base)
dimana semua jenis informasi yang memungkinkan akan dibutuhkan oleh semua
kompenen akan disimpan dan dipelihara. Hal ini untukmemudahkan semuah pihak
yang membutuhkan, dengan kata lain sejalan dengan penciptaan data base perlu
diciptakan suatu sistem distribusi informasi agar lebih mudah diperoleh oleh
pihat yang membutuhkan.
5)
Penyimpanan Informasi
Sebagai
sebuah sumber daya strategis yang penting bagi organisasi maka perludisimpan
dengan baik. Karena tidak semuah informasi yang dimiliki dipergunakan segera,
maka informasi yang telah diolah dengan mengeluarkan biaya tertentu jangan
sampai hilang.
Seiring perkembangan teknologi informasi disamping ingatan
manusia terdapat pula berbagai alat penyimpanan informasi yang dapat digunakan
misalnya, sistem kartu,tape,microfilm,hard disk,floppy disk dan sebagainya.
Salah satu manfaat dari alat penyimpanan tersebut yaitu penghematan biaya,
terutama tidak lagi menggunakan ruangan yang luas dan disamping itu keamanannya
pun terjaga.
6)
Penggunaan Informasi
Dewasa
ini di era informasi, bahwa informasi sudah menyentuh seluruh kehidupan dan
penghidupan, baik dari segi individu,kelompok,organisasi. Dan kesemuanya
memerlukan informasi serta berbagai kelompok dimasyarakat pun membutuhkan
informasi untuk berbagai keperlan. Hal yang sama juga berlaku bagi organisasi,
terlepas apakah organisasi tersebut bergerak dibidang politik, bisnis atau
sebagainya baik yang mencakup dunia sosial dan kesemuanya membutuhkan sebuah
informasi yang berbeda-beda.
7)
Penilaian Kritis dan
Sistem Umpan Balik
Berhubungan
dngan semua tahap yang telah dibahas diawal, maka diperlukan pula kegiatan
penilaian yang kritis terhadap sistem informasi. Sistem yang diperlukan dan yang digunakan adalah sistem yang
mempunyai nilai aplikatif yang tinggi, artinya memberikan kontribusi nyata
dalam memperlancar kegiatan manajemen organisasi.
Adapun
standar penilaian yang dapat dilakukan dalam mencapai sasarannya :
v Validitas
informasi yang diterima
v Signifikansi
informasi tersebut
v Kegunaan
spesifiknya, termasuk mendukung proses pengambilan keputusan
v Hubungan
informasi tersebut dengan informasi lain.
C.
Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Sistem Informasi
kepemimpinan
merupakan inti manajemen. Sebagai inti dari manajemen, kepemimppinan sangan
berpengaruh terhadap efektivitas sistem informasi yang digunakan dalam
organisasi, sebagaimana juga pengaruhnya terhadap efektivitas berbagai sistem
lain di dalam organisasi. Salah atu alasan utamnya adalah karena salah satu
peranan dari orang-orang yang menduduki jabatan pimpinan dalam organisasi ialah
peranan informasional. Dalam memainkan peranan informasional tersebut pimpinan
organisasi dapat bertindak selaku : 1. Pencipta sistem informasi, 2. Penerima
informasi, 3. Penyalur informasi, dan 4. Penilai informasi.
Dengan berbagai
peranan tersebut jelas terlihat bahwa kepemimpinan dalam organisasi mempunyai
pengaruh yang sangat luas. Beberapa contoh berikut menunjukkan peranan
tersebut:
Pertama, pimpinan
organisasi memahami, mungkin lebih dari siapa pun dalam organisasi, bahwa
penguasa dan pemilikan sarana komunikasi sangat menentukan peranan informasi
dealam kehidupan organisasional.
Kedua, pimpinan
organisasi sangat mungkin memiliki berbagai informasi tentang organisasi dan
tentang lingkungan yang turut menentukan keberhasilan organisasi mencapai
tujuan dan berbagai sasarannya yang tidak dimiliki oleh orang lain dalam
organisasi yang bersangkutan.
Ketiga, pimpinan
organisasi menentukan filsafat organisasi untuk dijalankan oleh bawahan mereka,
termasuk sistem informasi yang diciptakan, dipelihara, dan digunakan.
Keempat, pimpinan
organisasilah yang menentukan informasi apa yang akan disampaikan kepada siapa
yang biasanya disertai petunjuk penggunaannya yang harus dikaitkan bukan hanya
dengan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai, akan tetapi juga dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi berdasarkan prinsip-prinsip
efisiensi,efektivitas, dan produktivitas kerja.
Kelima, pimpinan
organisasi merupakan sasaran pengiriman informasi oleh orang lain_baik di dalam
maupun di luar organisasi_dan para pimpinan itu pulahlah yang berperan sebagai
sumber informasi yang diperlukan oleh orang lain yang dalam berbagai bentuk
mempunyai kepentingan terhadap keberhasilan organisasi.
Keenam, karena peranan
informasionalnya, pimpinan organisasi mempengaruhi penciptaan sistem informasi
dan cakupan penyebarannya.
Ketujuh, pimpinan
organisasi menggunakan informasi untuk mempengaruhi opini orang lain tentang
organisasi yang dipimpinnya dengan berbagai cara, tergantung pada siapa yang
ingin dipengaruhi dan apa tujuannya.
Jelaslah bahwa
pimpinan organisasi mau tidak mau harus terlibat dalam seluruh tahap penangan
informasi. Dilihat dari “kacamata” kepemimpinan, dua sisi yang menonjol ialah
peranan pimpinan dalam penerimaan dan transmisi informasi dari satu pihak serta
pengambilan keputusan untuk ditindaklanjuti oleh para bawahannya di pihak lain.
Untuk lebih
mudah, maka dua sisi tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :
Struktur
kepemimpinan sebagai komponen
Penanganan
informasi dengan
Pengaruh
terhadap organisasi
Manajemen
puncak dan informasi
|
Manajemen
rendah dan informasi
|
Manajemen
madya dan informasi
|
=
Penerimaan dan transmisi informasi
=
Keputusan dan tindak lanjut
Selain memahami pengaruh
kepemimpinan terhadap informasi dalam organisasi, keterlibatan pimpinan dalam
penciptaan, pemeliharaan, dan penggunaan informasi juga sangat penting meskipun
keterlibatan tersebut selalu berarti melaksanakan sendiri berbagai kegiatan
tersebut. Langkah-langkah yang biasanya ditempuh dalam penciptaan, pemeliharaan,
dan penggunaan sistem informasi ialah :
1.
Penelitian
Tak
bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
merupakan “produk” kegiatan penelitian. Masyarakat informasional yang sadar
benar pentingnya penelitian. Kesadaran tersebut antara lain : a). Kesediaan
berbagai organisasi di masyarakat, daidalam dan diluar organisasi pemerintahan,
penyediaan dana yang besar untuk penelitian, b) kegiatan penelitian yang sudah
membudaya, dan c) penyebarluasan hasil penelitian melalui berbagai cara,
seperti publikasi dan pertemuan ilmiah dalam berbagai bentuk seperti :
Ø Mencari
teori ilmiah baru
Ø Mencari
dan menemukan inovasi baru
Ø Mengkaji
ulang kebenaran dan aplikabilitas teori lama
Ø Mencari
dan menemukan cara kerja baru.
Supaya
informasi yang diciptakan dapat menunjang kegiatan manajerial, maka perlu
dilakukan kedua jenis penelitian tersebut (penelitian dasar dan penelitian
terapan). Dimana penelitian dasar dilakukan untuk menggali hal-hal baru yang
bersifat khas dan asli, sedangkan penelitian terapan diperlukan antara lain
untuk mengkaji atau menguji berlaku tidaknya temuan-temuan oleh orang atau
pakar lain.
2.
Eksperimentasi
Laboratorium
Hasil-hasil
yang ditemukan melalui penelitian tidak begitu saja dapat dikembangkan dan
disebarluaskan. Perlu dilakukan percobaan dilaboratorium terlebih dahulu, caranya
melalui uji coba dalam bentuk proyek. Jika uji cobanya membuahkan hasil maka
barulah aplikasinya dilakukan secara menyeluruh. Hanya demikianlah hasil
penelitian tersebut mempunyai nilai-nilai positif bagi pemakainya.
3.
Pengembangan
Seperti
dikemukakan diatas, jika hasil-hasil dari percobaan laboratorium memberikan
keyakinan terhadap pengguna bahwa uji coba tersebut manghasilkan informasi yang
dapat digunakan pada seluruh kegiatan organisasi, maka langkah selanjutnya
adalah pengembangan. Pengembangan dalam kaitannya ialah seluruh upaya
“produksi” informasi sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan informasi yan
memenuhi kebutuhan organisasi, baik seca ra kualitatif maupun secara
kuntitatif.
4.
Pelatihan Untuk
Aplikasi
Nilai-nilai
positif dari informasi bagi masyarakat/organisasi, bahwa apakah informasi
tersebut layak atau tidaknya menunjang segala upaya organisasi dalam mencapai
tujuan dan sasarannya. Naif jika diasumsikan bahwa hasil uji coba tersebut akan
serta merta diterima dan tidak juga bisa diasumsikan bahwa semuah pengguna
dapat menguasai teknik-teknik penggunaan atau aplikasi sistem baru tersebut.
Maka dari itu harus dilakukan pelatihan alasannya yaitu pertama agar mereka memahami dengan tepat bahwa sistem informasi
yang baru “lebih baik” dari yang sebelumnya. Kedua memberikan kepada mereka keterampilan yang diperlukan untuk
mengaplikasikannya dengan tepat.
Oleh
karena itu pelatihan sangat perlu dilakukan karena mengingat bahwa ada
kecenderunga bagi para anggota organisasi menolak sesuatu yang baru terhadap
perubahan dengan berbagai dalil, seperti a) adanya ketakutan bahwacara baru ini
akan merugikannya, b) sulitnya meninggalkan berbagai kebiasaan lama, dan c)
kemungkinan timbulnya keraguan bahwa mereka mampu menggunakan sistem baru
tersebut.
5.
Penggunaan
Dalam
menggunakan sistem informasi yang baru pada hakikatnya meninggalkan cara kerja
lama, dan berhasil tidaknya penerapan sistem
baru tersebut sangat tergantung pada hal berikut : 1. Efektif tidaknya
komunikasi yang terjadi antara para inovator yang memperkenalkan perubahan
dengan para pemakai sistem baru tersebut, 2. Mantap tidaknya persiapan yang
dilakukan untuk menggunakan sistem baru yang hendak diterapkan, 3. Ada tidaknya
pedoman aplikasi, berupa manual, yang disusun sehingga mudah dipahami oleh
calon pemakai, 4. Kesediaan pemakai untuk melakukan berbagai penyesuaian yang
diperlukan, baik dalam arti sikap, etos kerja, disiplin kerja, dan cara kerja
yang mungkin sangat berbeda dengan yang lama, dan 5. Ada tidaknya usaha-usaha
penyempurnaan yang dilakukan secara berkeseimbangan atas sistem baru tersebut.
6.
Umpan Blik
Seperti
diuraikan diatas bahwa keberhasilan penggunaan suatu sistem baru tergantung
pada adanya usaha-usaha penyempurnaaan yang berkelanjutan. Salah satu
implikasinya iala menciptakan suatu sistem umpan balik untuk menyampaikan
masukan dari pemakai kepada berbagai pihak seperti :
a.
Kelompok manajemen
dalam organisasi, termasuk manajemen puncak
b.
Para peneliti yang
berperan selaku inovator
c.
Pimpinan laboratorium
di mana uji coba pernah dilakukan, dan
d.
Penanggung jawab
kegiatan penelitian.
Dari
pembahasan diatas dengan jelas bahwa dalam proses penciptaan dan penggunaan
informasi, campur tangan pimpinan organisasi merupakan keharusan mutlak. Dengan
kata lain, kelompok manajemen dalam organisasi harus terlibat aktif dalam
seluruh tahap dan proses penciptaan dan penggunaan informasi. Secara skematik,
keterlibatan tersebut digambarkan pada bagan berikut ini :
Kepemimpinan
Dan Proses Penciptaan Serta
Penggunaan Informasi
Penelitian
ilmiah dasar
|
Eksperimentasi
laboratoria
|
Latihan
untuk aplikasi
|
Pengembangan
|
Penggunaan
|
Intervensi pimpinan
|
Umpan
balik
|
D.
Struktur
Organisasi Ditinjau Dari Segi Informasi
Ditinjau dari segi
informasi, struktur organisasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a) Adanya
berbagai satuan kerja dalam organisasi untuk melaksanakan program kerja rutin,
dan
b)
Adanya satuan kerja
yang bertugas memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh organisasi baik
secara parsial atau inkremental,
departemental, atau lintas departemental maupun yang dihadapi oleh organisasi
sebagai keseluruhan.
Konsekuensi
pengelompokan tersebut telihat pula dalam dua pola hugungan antar pimpinan
organisasi dengan orang-orang lain di dalamnya. Pola hubungan pertama
yaitu pola hubungan antara pimpinan dengan satuan kerja pelaksana kegiatan
rutin. Pada umumnya bersifat formal dan melembaga. Alasannya ialah :
v Tekad
pelaksana telah tersedia dalam organisasi
v Tata
kerja dan prosedur yang ditempuh telah dipahami oleh semua pihak yang terlibat
v Pembagian
tugas telah diatur dengan jelas
v Alokasi
wewenang dan tanggung jawab telah diatur secara formal, dan
v Anggaran
telah disediakan secara rutin.
Oleh karena itu,
pengambilan keputusan rutin dapat didelegasikan kepada para manajer eselon
bawahan dan bahkan kepada para pelaksana kegiatan operasional yang bersifat
rutin. Pengalaman juga menunjukkan bahwa para manajer eselon bawah dan para pelaksana yang diberi wewenang
untuk mengambil keputusan, biasanya tidak menghadapi kesulitan karena mungkin
sekali permasalahan yang dihadapi bersifat repetitif, dalam arti sudah pernah
dialami di masa lalu sehingga yang bersangkutan sudah memiliki pengalaman dalam
pemecahannya.
Pola hubungan kedua,
yaitu pola hubungan pimpinan dengan orang-orang yang bertugas di satuan
kerja yang bertugas untuk mencari pemecahan masalah-masalah baru dan tidak
harus selalu pada hubungan formal dan juga belum tentu melembaga. Artinya, pola
hubungan yang diperlukan ialah uang memungkinkan
yang bersangkutan berfikir dan bertindak
kreatif, hal ini memerlukan pola yang fleksibel. Pola ini sangat diperlukan
karena :
a.
Para anggota satuan
kerja tidak perlu terikat kepada tradisihubungan yang bersifat kierarkis
b.
Para anggota memerlukan
kebebasan berfikir sehingga imajinasi mereka dapat menjelajahi cakrawala yang
lebih luas
c.
Cara berfikir mereka
tidak dibebani oleh cara bekerja yang birokratis
d.
Para anggota organisasi
tidak “terbelenggu” oleh norma-norma kerja yang sudah usang
e.
Dimungkinkan menciptakan
dan memelihara hubungan kerja yang situasional sifatnya.
Sesungguhnya ini
sangat penting karena untuk memecahkan masalah baru diperlukan daya cipta dan
fleksibel, tapi tidak berarti tradisi, kebiasaan, hierarki organisasi dan
budayanya tidak boleh diabaikan begitu saja. Kreativitas dan fleksibilitas
memang sangat diperlukan oleh para anggota unit kerja yang tugas utamanya
mencari pemecahan berbagai masalah.
Unit-unit kerja tersebut mungkin saja dikenal denan berbagai nama seperti think
tank, task force, paratroopers, dan semacamnya yang dalam menyelenggarakan
fungsinya tidak akan efektif jika menggunakan pendekatan yang stereotyped
sifatnya. Masa lalu sering tidak dapat digunakan sebagai pegangan karena
permasalahan yang dihadapi memang tidak repetitif.
Bagan Struktur Organisasi Ditinjau Dari Segi
Informasi
KEPEMIMPINAN INFORMASI
DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
|
PSU = Problem-soving unit
RP = Routinized program
= Hubungan Kerja yang Kreatif dan Fleksibel
=
Hubungan Kerja Formal dan Melembaga
Dari pembahasan yang
telah diuraikan diatas terlihat jelas bahwa betapa pentingnya peranan informasi
sebagai alat pendukung penyelenggaraan seluruh kegiatan organisasi dengan
tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang tinggi. Dan telah
terbukti bahwa informasi memang merupakan salah satu sumber daya organisasi
yang sangat strategis sifatnya dan oleh karena itulah perlu penanganan yang
efisien dan efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar