Sosial Politik

Senin, 30 Mei 2016

LOGIKA DAN TAKDIR

Alkisah

Ada dua orang bersahabat,
👉yang satu bernama "Logika"
👈dan yang satunya lagi bernama "Takdir".

      Keduanya naik mobil, dalam sebuah perjalanan yang panjang…

      Di tengah jalan mobil mereka kehabisan bahan bakar dan mogok.

      Keduanya berusaha melanjutkan dengan berjalan kaki sebelum datang waktu malam.

      Tapi sebelum itu keduanya berusaha menemukan tempat
beristirahat, setelah itu baru melanjutkan lagi perjalanan.

      Si Logika memutuskan untuk tidur di bawah sebatang pohon..

      Sedangkan si Takdir memilih tidur di tengah jalan.

      Logika berkata kepada Takdir: Kamu gila! Kamu menjatuhkan dirimu kepada kematian. Boleh jadi ketika kamu tidur ada mobil yang lewat dan melindas tubuhmu.

      Takdir menjawab: Saya tidak akan tidur kecuali di tengah jalan ini. Sebab boleh jadi ada mobil yang datang lalu ia melihatku dan mengajakku bersamanya.

      Akhirnya Logika betul-betul tidur di bawah pohon dan Takdir tidur di tengah jalan.

      Tidak beberapa lama setelah keduanya tertidur, lewat sebuah mobil besar dalam kecepatan tinggi.

      Tatkala supir melihat ada yang tidur di tengah jalan, ia berusaha berhenti dengan mendadak, tapi sayang tidak bisa.

      Akhirnya supir membanting stir dan mobil itu berbelok ke arah pohon dan langsung menabrak Logika, sehingga selamatlah si Takdir.

      Inilah kenyataan hidup, bahwa Takdir memainkan peranannya di tengah-tengah manusia. Kadang-kadang Takdir bertentangan dengan Logika.

      Maka boleh jadi terjadinya delay/ tertundanya dalam penerbangan ada keselamatan di balik itu.

      Boleh jadi tertundanya kita mendapatkan suatu hak karena ada hak orang lain yang selama ini kita abaikan dan tidak kita perdulikan.

      Boleh jadi ditolaknya lamaran kerja kita ada hikmah besar di balik itu.

      Tertundanya pertolongan dan kemenangan juga pasti ada manfaat yang sangat besar di belakang itu.

      "Boleh jadi kita membenci sesuatu padahal ia baik".

Yang dikagumi terkadang tidak mengerti.

Yang dicintai terkadang tidak merasa.

Yang dirindukan terkadang tidak tahu.

Yang dikasihi terkadang menyakitkan perasaan.

      Yang di-inginkan terkadang tidak sesuai dan sejalan.

Yang tidak disangka terkadang terjadi.

Yang kaya terkadang bisa jatuh miskin.

Yang dihina terkadang bisa jadi sangat sukses.

      Logika adalah salah satu alat dan cara untuk berjuang memperbaiki nasib/ keadaan ....tapi tidak boleh lupa untuk tetap mengandalkan dan memohon kepada-Nya.

     Sedangkan Takdir adalah suatu misteri, tapi jika kita taqwa dan mengikuti jalan-Nya, maka yakinlah bahwa
TAKDIR itu akan INDAH 👍, karena hanya Tuhan yang bisa mengubah semua aspek hidup kita menjadi indah pada waktu-Nya.

                                 Makassar, 30 Mei 2016
                                 Adhymuliadi36

Kamis, 19 Mei 2016

CINTA DALAM DIAM


      Dewasa ini, cinta seakan telah mendarah daging bagi setiap insan. Terlebih bagi mereka-mereka yang tengah merasakan gelombang dan gejolak asmara. Namun pemaknaan akan cinta tersebut bagai kata "Kacang yang lupa pada kulitnya", mengapa demikian???

Karena cinta lah engkau ada.
Cinta akan senantiasa membuatmu hidup,
 memberikan segala kenikmatan hidup.
Dan, karena cinta lah...
Engkau bersabat dengan kesenangan,
kebebasan, keindahan, dll.
Yang kemudian engakau melupakan cinta. 

       Mungkinkah kita mencintai cinta oleh cinta dengan cinta karena cinta???
 Coba kita lihat, makna cinta dalam pandangan Islam....

      Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya.

       Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, justru kekhawatirannya semakin muncul, ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat.

       Saat kita merasa dialah orang yang tepat, bukan hanya karena fisiknya, tapi karena keimanan, bawalah namanya dalam doa kita. Saat ia jatuh cinta, ia jatuh pada orang yang benar, yang nantinya akan membimbingnya, tidak karena cinta ia merendahkan dirinya.

       Muslimah, muliakanlah dirimu, akan datang disaat yang tepat, berdoalah dia orang yang tepat, semoga waktunya semakin dekat. Orang yang kita cintai dalam diam, belumlah halal, dan belum tentu akan halal. Bersabarlah, janji Allah sudah ada pendamping untuk kita. Mungkin dia, mungkin juga bukan dia, janganlah terikat dengan sesuatu yang masih mungkin. Jangan habiskan waktumu untuk cinta manusia, kejarlah Allah, maka kebaikan-kebaikan akan datang kepada kita.

       Jika kita mencintai Allah, maka rasa cinta terhadap apapun akan sirna. Itulah cinta sejati, cinta di jalan yang benar. Jangan takut, jika ia adalah yang terbaik, Allah akan dekatkan, jika bukan yang terbaik, Allah akan selesaikan dengan caranya.

       Pria, jika kau belum mampu menikahinya, jangan kau nodai kesucian cinta. Menjadikan cinta yang awalnya indah, menjadi akhir yang penuh masalah. Pria, janganlah kau janjikan waktu pernikahan, jika masih setahun lagi, masih tiga tahun lagi. Janjimu sebelum menjadi suami seringnya palsu. Saat kau merasa mampu, datangi dan lamar dia. Cukuplah sebulan siapkan proses pernikahan.

       Cinta dalam islam adalah tanggung jawab. Bukan sekedar pertemuan dan kata-kata indah, tapi yang mengikat kalian dalam pernikahan. “Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.). Saat kita dilahirkan, kita bagai kapas putih, yang membuatnya semakin menghitam adalah perilaku kita sendiri.

       Mari kita teladani Ali. Ia menjaga cintanya untuk Fatimah, hingga Allah menyatukan mereka dalam pernikahan. Ali sangat menjaga kata-katanya, ekspresinya, sikapnya, bahkan setan tidak tahu urusan cinta dalam hati mereka. Ali belum siap, maka ia belum melamar Fatimah. Saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, hatinya bagai tercabik. Ternyata lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak. Ali memberanikan diri maju melamar Fatimah. Meminta Fatimah menunggu tiga tahun lagi? Itu memalukan. Meminta Fatimah menunggu hingga ia siap? Ia merasa sudah dewasa. Jantan!!

       “Engkau pemuda sejati wahai Ali. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Ahlan wa sahlan.” Begitu kata Nabi dengan senyumnya. Dengan keberaniannya Ali menikahi Fatimah, tanpa janji-janji, tanpa nanti. Inilah cinta yang bertanggung jawab. Fatimah berkata kepada Ali :”Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang..” Ali bertanya, “Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?” Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah … Kamu.”
Ya Allah… Hadiahkanlah kepadaku seseorang seperti Ali, dan jadikanlah aku Fatimahnya.. Allahumma Aamiin… ^_^

http://seputar-islam00.blogspot.co.id/2013/02/cinta-dalam-diam.html.#sthash.5JoJRBTJ.dpuf

Makassar, 19 Mei 2016
Adhymuliadi36

Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya.

Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, justru kekhawatirannya semakin muncul, ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat.

Saat kita merasa dial ah orang yang tepat, bukan hanya karena fisiknya, tapi karena keimanan, bawalah namanya dalam doa kita. Saat ia jatuh cinta, ia jatuh pada orang yang benar, yang nantinya akan membimbingnya, tidak karena cinta ia merendahkan dirinya.

Muslimah, muliakanlah dirimu, akan datang disaat yang tepat, berdoalah dia orang yang tepat, semoga waktunya semakin dekat. Orang yang kita cintai dalam diam, belumlah halal, dan belum tentu akan halal. Bersabarlah, janji Allah sudah ada pendamping untuk kita. Mungkin dia, mungkin juga bukan dia, janganlah terikat dengan sesuatu yang masih mungkin. Jangan habiskan waktumu untuk cinta manusia, kejarlah Allah, maka kebaikan-kebaikan akan datang kepada kita.

Jika kita mencintai Allah, maka rasa cinta terhadap apapun akan sirna. Itulah cinta sejati, cinta di jalan yang benar. Jangan takut, jika ia adalah yang terbaik, Allah akan dekatkan, jika bukan yang terbaik, Allah akan selesaikan dengan caranya.

Pria, jika kau belum mampu menikahinya, jangan kau nodai kesucian cinta. Menjadikan cinta yang awalnya indah, menjadi akhir yang penuh masalah. Pria, janganlah kau janjikan waktu pernikahan, jika masih setahun lagi, masih tiga tahun lagi. Janjimu sebelum menjadi suami seringnya palsu. Saat kau merasa mampu, datangi dan lamar dia. Cukuplah sebulan siapkan proses pernikahan.

Cinta dalam islam adalah tanggung jawab. Bukan sekedar pertemuan dan kata-kata indah, tapi yang mengikat kalian dalam pernikahan. “Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.). Saat kita dilahirkan, kita bagai kapas putih, yang membuatnya semakin menghitam adalah perilaku kita sendiri.

Mari kita teladani Ali. Ia menjaga cintanya untuk Fatimah, hingga Allah menyatukan mereka dalam pernikahan. Ali sangat menjaga kata-katanya, ekspresinya, sikapnya, bahkan setan tidak tahu urusan cinta dalam hati mereka. Ali belum siap, maka ia belum melamar Fatimah. Saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, hatinya bagai tercabik. Ternyata lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak. Ali memberanikan diri maju melamar Fatimah. Meminta Fatimah menunggu tiga tahun lagi? Itu memalukan. Meminta Fatimah menunggu hingga ia siap? Ia merasa sudah dewasa. Jantan!!

“Engkau pemuda sejati wahai Ali. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Ahlan wa sahlan.” Begitu kata Nabi dengan senyumnya. Dengan keberaniannya Ali menikahi Fatimah, tanpa janji-janji, tanpa nanti. Inilah cinta yang bertanggung jawab. Fatimah berkata kepada Ali :”Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang..” Ali bertanya, “Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?” Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah … Kamu.”

Ya Allah… Hadiahkanlah kepadaku seseorang seperti Ali, dan jadikanlah aku Fatimahnya.. Allahumma Aamiin… ^_^
- See more at: http://seputar-islam00.blogspot.co.id/2013/02/cinta-dalam-diam.html#sthash.5JoJRBTJ.dpuf
Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya.

Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, justru kekhawatirannya semakin muncul, ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat.

Saat kita merasa dial ah orang yang tepat, bukan hanya karena fisiknya, tapi karena keimanan, bawalah namanya dalam doa kita. Saat ia jatuh cinta, ia jatuh pada orang yang benar, yang nantinya akan membimbingnya, tidak karena cinta ia merendahkan dirinya.

Muslimah, muliakanlah dirimu, akan datang disaat yang tepat, berdoalah dia orang yang tepat, semoga waktunya semakin dekat. Orang yang kita cintai dalam diam, belumlah halal, dan belum tentu akan halal. Bersabarlah, janji Allah sudah ada pendamping untuk kita. Mungkin dia, mungkin juga bukan dia, janganlah terikat dengan sesuatu yang masih mungkin. Jangan habiskan waktumu untuk cinta manusia, kejarlah Allah, maka kebaikan-kebaikan akan datang kepada kita.

Jika kita mencintai Allah, maka rasa cinta terhadap apapun akan sirna. Itulah cinta sejati, cinta di jalan yang benar. Jangan takut, jika ia adalah yang terbaik, Allah akan dekatkan, jika bukan yang terbaik, Allah akan selesaikan dengan caranya.

Pria, jika kau belum mampu menikahinya, jangan kau nodai kesucian cinta. Menjadikan cinta yang awalnya indah, menjadi akhir yang penuh masalah. Pria, janganlah kau janjikan waktu pernikahan, jika masih setahun lagi, masih tiga tahun lagi. Janjimu sebelum menjadi suami seringnya palsu. Saat kau merasa mampu, datangi dan lamar dia. Cukuplah sebulan siapkan proses pernikahan.

Cinta dalam islam adalah tanggung jawab. Bukan sekedar pertemuan dan kata-kata indah, tapi yang mengikat kalian dalam pernikahan. “Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.). Saat kita dilahirkan, kita bagai kapas putih, yang membuatnya semakin menghitam adalah perilaku kita sendiri.

Mari kita teladani Ali. Ia menjaga cintanya untuk Fatimah, hingga Allah menyatukan mereka dalam pernikahan. Ali sangat menjaga kata-katanya, ekspresinya, sikapnya, bahkan setan tidak tahu urusan cinta dalam hati mereka. Ali belum siap, maka ia belum melamar Fatimah. Saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, hatinya bagai tercabik. Ternyata lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak. Ali memberanikan diri maju melamar Fatimah. Meminta Fatimah menunggu tiga tahun lagi? Itu memalukan. Meminta Fatimah menunggu hingga ia siap? Ia merasa sudah dewasa. Jantan!!

“Engkau pemuda sejati wahai Ali. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Ahlan wa sahlan.” Begitu kata Nabi dengan senyumnya. Dengan keberaniannya Ali menikahi Fatimah, tanpa janji-janji, tanpa nanti. Inilah cinta yang bertanggung jawab. Fatimah berkata kepada Ali :”Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang..” Ali bertanya, “Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?” Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah … Kamu.”

Ya Allah… Hadiahkanlah kepadaku seseorang seperti Ali, dan jadikanlah aku Fatimahnya.. Allahumma Aamiin… ^_^
- See more at: http://seputar-islam00.blogspot.co.id/2013/02/cinta-dalam-diam.html#sthash.5JoJRBTJ.dpuf
Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya.

Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, justru kekhawatirannya semakin muncul, ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat.

Saat kita merasa dial ah orang yang tepat, bukan hanya karena fisiknya, tapi karena keimanan, bawalah namanya dalam doa kita. Saat ia jatuh cinta, ia jatuh pada orang yang benar, yang nantinya akan membimbingnya, tidak karena cinta ia merendahkan dirinya.

Muslimah, muliakanlah dirimu, akan datang disaat yang tepat, berdoalah dia orang yang tepat, semoga waktunya semakin dekat. Orang yang kita cintai dalam diam, belumlah halal, dan belum tentu akan halal. Bersabarlah, janji Allah sudah ada pendamping untuk kita. Mungkin dia, mungkin juga bukan dia, janganlah terikat dengan sesuatu yang masih mungkin. Jangan habiskan waktumu untuk cinta manusia, kejarlah Allah, maka kebaikan-kebaikan akan datang kepada kita.

Jika kita mencintai Allah, maka rasa cinta terhadap apapun akan sirna. Itulah cinta sejati, cinta di jalan yang benar. Jangan takut, jika ia adalah yang terbaik, Allah akan dekatkan, jika bukan yang terbaik, Allah akan selesaikan dengan caranya.

Pria, jika kau belum mampu menikahinya, jangan kau nodai kesucian cinta. Menjadikan cinta yang awalnya indah, menjadi akhir yang penuh masalah. Pria, janganlah kau janjikan waktu pernikahan, jika masih setahun lagi, masih tiga tahun lagi. Janjimu sebelum menjadi suami seringnya palsu. Saat kau merasa mampu, datangi dan lamar dia. Cukuplah sebulan siapkan proses pernikahan.

Cinta dalam islam adalah tanggung jawab. Bukan sekedar pertemuan dan kata-kata indah, tapi yang mengikat kalian dalam pernikahan. “Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.). Saat kita dilahirkan, kita bagai kapas putih, yang membuatnya semakin menghitam adalah perilaku kita sendiri.

Mari kita teladani Ali. Ia menjaga cintanya untuk Fatimah, hingga Allah menyatukan mereka dalam pernikahan. Ali sangat menjaga kata-katanya, ekspresinya, sikapnya, bahkan setan tidak tahu urusan cinta dalam hati mereka. Ali belum siap, maka ia belum melamar Fatimah. Saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, hatinya bagai tercabik. Ternyata lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak. Ali memberanikan diri maju melamar Fatimah. Meminta Fatimah menunggu tiga tahun lagi? Itu memalukan. Meminta Fatimah menunggu hingga ia siap? Ia merasa sudah dewasa. Jantan!!

“Engkau pemuda sejati wahai Ali. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Ahlan wa sahlan.” Begitu kata Nabi dengan senyumnya. Dengan keberaniannya Ali menikahi Fatimah, tanpa janji-janji, tanpa nanti. Inilah cinta yang bertanggung jawab. Fatimah berkata kepada Ali :”Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang..” Ali bertanya, “Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?” Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah … Kamu.”

Ya Allah… Hadiahkanlah kepadaku seseorang seperti Ali, dan jadikanlah aku Fatimahnya.. Allahumma Aamiin… ^_^
- See more at: http://seputar-islam00.blogspot.co.id/2013/02/cinta-dalam-diam.html#sthash.5JoJRBTJ.dpuf

CINTA DAN KEBAHAGIAAN

Untuk kamu, Yang sempat hadir.

       Apa kabar? Sudah lama kita tak jumpa. Jangankan berjumpa, saling sapa pun sudah tidak. Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu, dan kau? entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak.

      Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini semua? Jika kau mengira, karena aku ingin mencuri perhatianmu tentu tidak. Untuk apa. Lalu jika kau mengira, aku ingin mendramatisir keadaan itupun tidak. Sama sekali tidak.

      Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya semalam. Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.

      Cinta kita hanyalah cinta monyet. Cinta yang tumbuh dibawah atap sekolah. Cinta yang terus tumbuh hanya karena memandang dari jauh. Cinta yang terus tumbuh ketika kita bertukar sapa dan senyum. Cinta yang terus tumbuh karena pipiku merona setiap kali mendengar namamu. Manis. Aku masih bisa merasakannya walaupun hanya sedikit mengingatnya.

      Aku masih ingat betapa lucunya saat pertama kali aku melihatmu. Kita terlihat canggung. Lalu saling tersenyum sesudahnya.

      Aku juga masih ingat betapa indahnya hujan kala itu. kau terus melajukan motor dengan cepat agar aku tidak lama terkena hujan. Aku hanya bisa bersembunyi sambil mengeratkan pelukan dibalik punggungmu. Kau tidak tahu, seberapa banyak aku tersenyum saat itu.

      Aku tidak peduli, apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Aku menyimpan memori dalam hidupmu atau tidak. Yang aku tahu aku merasakannya. Cukup aku.

Kau juga bukan kekasih pertamaku atau kedua. Tapi percayalah. Kau membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya. Kau membuat aku belajar untuk pertama kalinya.

      Kau orang pertama yang membuatku merasa berharga dan merasa dihargai. Kau membuat aku merasa bahwa aku adalah seseorang yang patut diperjuangkan. Bukan orang yang selalu menunggu, menanti bahkan meminta.

Untuk kamu, yang sempat hadir.

      Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama dengan segala masalah. Kau selalu mengingatkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, tapi siapa yang peduli saat itu. Yang aku tau hanya, cinta itu menyakitkan ketika kamu pergi. Itu saja. Bodoh? Iya. Sangat bodoh. Kadang aku pun hanya tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita amat sangat lucu ternyata.

      Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah. Entah aku, atau kamu. Tapi aku tak ingin menyalahkan siapapun, karena untuk masalah perasaan semua orang akan merasa benar. Meskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tau maksud semuanya.

      Perjalanan memang kadang membuat aku terbang lalu jatuh. Dan terimakasih, kamu telah menjadi perjalananku. Hidup kadang terasa manis seperti gulali yang aku beli di taman hiburan, tapi ada masanya terasa pahit sama seperti aku yg tidak sengaja menyesap ampas kopi. Dan kamu telah menjadi keduanya di saat yang bersamaan. Sekali lagi, terimakasih. Untuk pernah hadir lalu pergi. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.

Untuk kamu, yang sempat hadir.

      Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini semua aku tak lagi merasakannya. Aku sedang tersenyum, percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindukanmu lagi. Tugasku sudah cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih baik, mungkin? Hahaha aku hanya bercanda. Aku tidak kekanak kanakan lagi. Aku hanya berharap aku dan kamu baik baik saja. Kita bahagia bersama, di jalan yang berbeda.

Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat bertemu kamu, dengan senyuman. Tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya.

      Iya, seseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuat aku tersenyum setelah kamu membuat aku menangis. Dan kamu, mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku sedang menangis.

Untuk kamu. Yang sempat hadir.
Aku merasa cukup. Dan aku pergi.

                                  Makassar, 18/05/2016
                                             Adhymuliadi36

Rabu, 18 Mei 2016

CINTA DAN PERSAHABATAN

    

       Mampukah kita membayangkan persahabatan tanpa cinta ?
Persahabatan dan cinta adalah teman terbaik. Karena dimana ada cinta, persahabatan selalu ada di sampingnya. Dan dimana persahabatan berada, cinta selalu tersenyum ceria dan tidak pernah meninggalkan persahabatan.

       Cinta dan persahabatan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.  Cinta dan persahabatan bagai jarum dan benang yang jika salah satu di antara keduanya tidak ada, maka jarum dan benang pun tak akan ada artinya. 

Dimana jarum merajuk dua bagian menjadi satu,
yang kemudian benang lah sebagai pengikat diantara keduanya.
Benang tanpa jarum, bagai hidup tanpa arah dan tujuaan.
Jaru tanpa benang, bagai duri di tengah kehidupan.

Cinta dan persahabatan adalah dua makna kehidupan yang jika dipahami dan dimakanai, maka akan menjadi dua sisi kehidupan yang penuh dengan safe and care.
Alkisah
      Pada suatu hari persahabatan mulai berpikir bahwa cinta telah membuat dirinya tidak mendapat perhatian lagi karena Persahabatan mengganggap Pinta lebih menarik dari pada dirinya.
Hmm…"seandainya tidak ada Cinta mungkin aku lebih terkenal, dan lebih banyak orang memberi perhatian kepadaku" begitu pikir Persahabatan. Sejak hari itu persahabatan mulai menjauhi dan memusuhi Cinta. Ketika Cinta mulai bermain bersama Persahabatan, selalu seperti akan menjauhi Cinta. Ketika Cinta bertanya kenapa Persahabatan menjauhi dirinya, Persahabatan hanya memalingkan wajah dan menghindar meninggalkan Cinta.

      Kesedihan pun menghampiri Cinta dan Cinta tidak sanggup menahan air matanya lalu menangis tersedu-sedu. Kesedihan hanya termangu memandang Cinta yang kehilangan teman baiknya.
Beberapa hari tanpa Cinta, Persahabatan mulai bergaul dengan Kecewa, Putus asa, Kemarahan dan Kebencian. Persahabatan mulai kehilangan sifat manisnya, dan orang-orang mulai tidak menyukai Persahabatan karena perubahan sikapnya tersebut.

      Persahabatan mulai dijauhi dan tidak disukai lagi. Walaupun Persahabatan cantik, tetapi sifatnya mulai memuakkan. Seakan telah banyak hal yang hilang dari dirinya, perlahan Persahabatan pun mulai menyadari dirinya bahwa tidak lagi di sukai, lantaran banyak orang yang menjauhi dirinya. Persahabatan mulai menyesali keadaannya, meratapi nasib yang telah menimpanya saat ini.

Persahabatan pun mulai kehilangan arah karena kesalahan yang telah ia perbuat dengan Cinta. Yang telah mengabaikan Cinta karena Kemarahan, Kecewa, Putus asa dan Kebencian. Dan saat itulah Kesedihan melihat Persahabatan, lalu menyampaikan kepada Cinta bahwa Persahabatan dalam kedukaan.

      Dengan segera Cinta berlari dan menghampiri Persahabatan. Saat Persahabatan melihat Cinta menghampiri dirinya, dengan air mata yg berlinang Persahabatan pun meluapkan seribu penyesalannya meninggalkan Cinta. Akhirnya, Persahabatan dan Cinta kembali menjadi teman baik, Persahabatan kembali menjadi pribadi yang menyenangkan dan Cinta pun kembali tersenyum ceria. Semua orang akhirnya melihat kedua teman baik itu sebagai berkat dan anugrah dalam kehidupan.

Moral,
Mampukah persahabatan tanpa cinta?
Mampukah cinta tanpa persahabatan??

       Sering kali kita temui banyak orang memisahkan persahabatan dan cinta karena mereka berpikir “kalau persahabatan sudah diselami dengan cinta, pasti akan menjadi sulit.” Terutama bagi mereka yg menjalin persahabatan antara lelaki dan wanita. Persahabatan merupakan bentuk hubungan yg indah antara manusia, di mana cinta hadir untuk memberikan senyumnya dan mewarnai persahabatan. Tanpa cinta, persahabatan mungkin akan di isi dengan kecewa,benci, marah, egois dan berbagai hal yg membuat persahabatan tidak lagi indah.

       Berhentilah membuat batas antara cinta dan persahabatan, biarkanlah mereka tetap menjadi teman baik, yang harus di luruskan adalah cinta bukanlah perusak persahabatan. karena cinta memperindah persahabatan kita. Sering kali cinta cuma dijadikan kambing hitam sebagai perusak sebuah persahabatan. Salah besar!! seharusnya dengan adanya cinta, persahabatan akan semakin menyenangkan.

Karena,,,
Cinta adalah senyum dan keceriaan
dan Persahabatan adalah
Kebahagiaan dan Kebersamaan 

      Teman-teman yang sedang mengalami goncangan dalam persahabatan, jangan salahkan cinta! tetapi cobalah perbaiki persahabatanmu dengan cinta, karena cinta akan menutupi segala kesalahan, mengampuni dengan mudah dan membuat sesuatu yg tidak mungkin menjadi mungkin.

      Teman-teman yg belum mengerti arti persahabatan, cobalah memulai sebuah persahabatan. Karena dengan persahabatan kalian akan semakin dewasa, tidak egois dan belajar untuk mengerti. bahwa segala sesuatu tidak selalu terjadi dengan keinginan kita.

    Teman-teman yang sedang kecewa dengan persahabatan, renungkanlah. Apakah saya sudah menjalani persahabatan dengan benar dan cobalah memahami arti persahabatan buat hidupmu. Keinginan, semangat, pengertian, kematangan, kelemahlembutan dan segala hal yg baik akan kita temui dalam persahabatan.

      Karena cinta dan persahabatan akan senantiasa membawa kita kepada pemaknaan arti kehidupan yang sesungguhnya. Senantiasan menghiasa kehidupan dengan canda tawa, keceriaan, kebahagiaan dan kebersamaan. Proses pendewasaan menuju hudup dan kehidupan yang hakiki.

Akhirul Kalam,,,
Ketika ingin berjalan cepat,
maka berjalanlah dengan sendiri.
Ketika ingin berjalan jauh,
maka berjalanlah dengan bersama-sama.
Makassar, 18-05-2016
adhymuliadi36

MENGGUGAT CINTA



Cinta,,,,,,
Cinta adalah sebuah bentuk atau kerangka.
Cinta adalah subjek,
Cinta sebuah penggambaran wujud, karakter dan emosional.
Manifestasi dari segala bentuk perbuatan,
Itulah CINTA.

      Suatu hari di kalah senja mulai menghampiri upuk barat, seorang pemuda terlihat duduk termenung bersama sepucuk rokot di tangan nya. Di tepi pantai berpasir putih, diiringi desiran ombak menyapu daratan seolah menyapa dengan temaram cahaya yang mulai redup. Sang pemuda masih terduduk seolah enggan beranjak bersama keheningan yang mulai menghampiri. Dikala satu-persatu dari setiap hisapan yang semakin terasa, "Inikah indahnya hidup, ataukah ini merupakan suatu pelampiasan dari hirup pikuk dunia modern?" kata sang pemuda dalam hati...***

      Keesokan harinya,di sebuah taman kampus yang rindang nan asri Sang pemuda duduk di kursi taman tersebut, sambil memegang sebuah buku. Bolak-balik lembar demi lembar buku tersebut ia pelototi sambil membacanya. Sedang asyik-asyiknya membcara, dari arah belakang sebuah tepukan dipunggungnya, "hi,,,bro?", sambil kaget ia menoleh "ia,,,,???". Dengan kekagetan tadi, ia mulai ingat siapa sosok tersebut, tak lain adalah sahabat karibnya semasa SMA dlu...
A : Sang Pemuda
B : Sahabat nya (biasa ia panngil dengan kata AM)

B : woy,,,,,ngelamun aja loe??? tanya  BangJek
A : ????,,,,,Astaga, BangAM? beneran loe ni, apa kabar?
B : baik,,,,loe sendiri gimana kabarnya????
A : baiak Bang....
B : ea, bacaan buku apaan tuh loe baca?
A : ini nih Bang,,,,Buku, CINTA SEJATI.
AB : sambil bincang-bincang....***

      Beberapa hari kemudian, Sang pemuda bertemu lagi denga BangAM. BangAM ini adalah orang yang paling tau luar dalam kehidup Sang pemuda. Hari itu Sang pemuda bertemu dan meminta saran dan pandangan kepada sahabatnya tersebut (BangAM). Di hari itu Sang pemuda bercerita tentang kehidupan sebelumnya waktu masih sekolah dan kehidupannya saat ini yang telah malah melintang dalam dunia pergaulan anak jaman sekarang.

A : "Bang,,,,loe dah tau gue luar dalam dari dulu..." sambil masang muka bingung gitu.
B : "ia,,,trs masalahnya apa? kok loe kayak bingung gitu sih? sambil serius.
A : ""gini Bang,,,,dlu kan waktu SMA, gue gak pernah pacaran kayak anak jaman sekarang. trs,
     semenjak gue kuliah dan banyak bergaul, dan liat temen2 gue pacaran yang kayak gimana gitu.
B : "teruzz......" sambil serius dengerin,
A : "trz,,,,gue coba juga buat pacaran, tapi tiap pacaran ma seseorang gitu paling satu minggu doank
     dah minta putus.
B : "emang loe pacarannya kyk gimana???"
A : "yach,,,,kayak biasa aja Bang...telonan, sms-an, chat, jalan ma makan gitu doank...tapi saat gue
     mulai suka ma tuh cewek,,,ech, malah mnta ptuzzz dianya."
B : "mungkin loe ada salah kali, ato loe kurang romantis?" BangAM, mulai memberi pertanyaan.
A : "kurang apalagi coba Bang AM? perasaan dah semua gue lakuin kok..(sambil pasang muka kebi-
     ngungan)
B : "emang reaksi cwek loe kalo ktmu gimana?"
A : "biasa aja BangAM,,,tapi gue juga kadang bingung gitu Bang. Soalnya kalo ktmu ato jalan gtu, dia
     nya biasa rangkul gue, meluk gue,,,tapi loe tau kan gue kayak gimana Bang, gak tau & takut soal
     gtu-gtuan dari dlu.
B : "......(sambil ngangguk-ngangguk)***

Lanjut...
      Sang pemuda kembali bercerita bersama sahabatnya tersebut paska kejadian sebelumnya di atas. Setelah kejadian tersebut dia banyak belajar, baca buku dan sebagainya, bahkan bertanya dan belajar sama teman-teman nya. Hal yang dia harapkan malah membuatnya bertambah pusing, solusi yang menjadi pertanyaan dan harapan terbesarnya tak ia dapatkan. Bukan solusi yang dia dapat dari satu pertanyaannya, bahkan dia kembali bersama beberapa pertanyaan besar yang lebih sulit.

     Hari sabtu sore, Sang pemuda tersebut putuskan untuk kembali bertemu sahabatnya dengan harapan dapat memberikan suatu solusi. Di tempat yang memang menjadi favorit mereka buat bercengkrama dengan sahabatnya tersebut. Dan mulailah Sang pemuda membuka pembicaraan.
A : "Bang,,,kyk nya gue tambag pusing deh". Sambil pegang kepala.
B : "Pusing napa lagi loe?
A : "Gini BangAM,,,waktu itu kan gue prna curhat tuh mah abang? setelah itu, gue banyak insfeksi diri,
     baca buku, bertanya dari temen lah, smuanya lah..."
B : "Trs mslah nya apalgi coba?" sambil memotong,,,
A : "Nah itu die BangAM...biasa kalo gue liat di sosmed, majalah, kok mereka2 romantis banget gtu trs
     kyk dah terbiasa.
A : lanjut "Trs kalo gue baca buku, lain lagi Bang,,,distu dikatakan "Cinta adalah ungkapan atas segala
     sesuatu yang kita senangi, kita inginkan atau kita harapkan. Cinta adalah pengorbanan dan Cinta
     adalah penyerahan", nah itu tuh yang buat gue tambah pusing Bang."
B : "ada lagi?"
A : "beda lagi ma temen gue Bang,,,kata mereka, pacaran itu happy, saling memiliki, bebas, dan punya
     dunia sndiri."
A : "nah,,,itu smua tuh yang buat gue pusing BangAM. distu sisi gue jg pengen kayak temen gue, tapi
     disisi lain gue jg pengen ngerasai makna dan arti cinta yg sbenarnya.
     Apakak gue mesti ngikutin tmn2 gue, yang serba bebas, punya dunia sndri, dan sbgainya?
     Ataukah gue mesti ngikutin kata buku tentang cinta itu,,,,tapi jadul dan membosankan?
*****
     Dari penggalan beberapa kata di atas, ada satu makna tersirat yang coba ingin di gambarkan oleh penulis terkain judul "MENGGUGAT CINTA" di atas. Dialog di atas tidak di gambarkan secara utuh, tapi disini penulis mencoba membawa para pembaca atau penikmat tulisan untuk berada di dalamnya yang seolah-oleh kitalah aktor tersebut. Agar pemaknaan atas tulisan tersebut dapat terserap dan dipahami oleh nalar dan logika para pembaca.

      Dalam hal ini, kemudian ada beberapa pertanyaan menarik untuk diajukan sebagai panduan dan

Sabtu, 14 Mei 2016

KEMANDIRIAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI EKSPRESI DEMOKRASI

Gerakan sosial bukanlah gerakan eksklusif
Oleh orang yang seringkali meng-klaim diri mereka sebagai kelompok radikal.
Tetapi gerakan sosial hanyalah gerakan sistematis untuk perubahan.
Oleh karena itu, gerakan sosial akan menjadi network 
dengan kekauatan strategis manapun
yang mau bergabung dalam proses
penciptaan dan pergumulan
dengan keadilan sosial.

    Kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara adalah ekspresi kewarganegaraan yang mengindikasikan suatu negara sedang mempraktikkan demokrasi, baik secara ekonomi, politik maupun sosial. Sejauhmana demokrasi tersebut dimanifestasikan bisa dilihat dari bagaimana tradisi perpolitikan, perekonomian, dan sosial bergerak secara revolusioner, bahkan terkadang diarahkan menjadi diskontiunitas sejarah.
      Dalam tradisi kita, terutama di era transisi ini, proses kemandirian dan partisipasi masyarakat merupakan gerakan strategis yang perlu didorong secara terus-menerus untuk menggawangiterbentuknya masyarakat madani atau civil society. Hal itu diperlukan karena berdemokrasi di Indonesia---dalam hal ini bangunan hubungan antara negara dan masyarakat belum menunjukkan pelibatan masyarakat. Justru, yang muncul adalah manifestasi terlalu menguatnya Negara. Pertanyaan sederhana dalam konteks ini yang menarik diajukan adalah apakah realisasi gerak kemandirian dan partisipasi masyarakat itu membutuhkan Negara yang tidak terlalu kuat bahkan yang lemah?.

      Sebagaimana kita ketahui, kehidupan bernegara merupakan ruang singgung antara kepentingan penyelenggara Negara dan himpunan masyarakat untuk mentasbihkan ruang dan gerak demokrasi itu sendiri. Oleh karena itu, hubungan antara negara dan masyarakat merupakan mekanisme dan ruang gerak sistemik yang perlu digawangi melalui paradigma perubahan revolusioner demokrasi---bahkan terkadang merefleksikan diskontinuitas sejarah---dengan cara mendorong gerakan redistribusi sosial, pembatasan yang kuat, perlindungan yang lemah serta jaminan sistem yang terkontrol oleh ruang terbuka bernama ruang publik. Kemandirian dan partisipasi masyarakat dengan demikian adalah cara strategis sekaligus ruang dinamis masyarakat untuk melakukan konsolidasi kekuatan revolusioner demokrasi bagi terciptanya good governance dan cleen governant.

      Dalam hal ini, governance memuat tiga komponen dasar, yaitu: state, society dan private sector. Demokrasi politik, ekonomi dan sosial yang diharapkan muncul sebagai gerakan revolusioner demokrasi bagi terealisasinya kemandirian dan partisipasi masyarakat ini tentu saja merupakan manifestasi penciptaan goog governance yakni, negara yang memihak kepada kepentingan masyarakat, private sector yang terkelolah dengan baik, dan masyarakat yang mandiri serta partisifatif. Lalu apa sebenarnya kemandirian dan partisipasi masyarakat itu dalam makna yang kita cita-citakan? apa urgensi pencapaiannya?
Kemandirian Masyarakat

      Kemandirian merupakan sikap strategis untuk memilih gerakan perubahan. Kemandirian adalah sikap inti yang diambil tanpa pengaruh unsur-unsur yang menjadi pola parsial suatu gerakan perubahan. Kendati demikian, bukan berarti kemandirian bermakna ketegasan sikap tanpa mau atau enggan membangun network dengan kekuatan lain. Kemandirian juga bukan berarti lepas sama sekali dari kekuatan lain. Apalagi jika kemandirian itu dimaksudkan sebagai gerakan agar bisa membangun kekuatan eksklusif untuk tujuan penguasaan dan bahkan penindasan. Kemandirian lebih bermakna sebagai sikap strategis untuk tujuan manifestasi gerakan revolusioner demokrasi bagi manifestasi keadilan sosial.
      Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW. bersama komunitas muslimin ketika membangun dan menggerakkan nurani keadilan sosial masyarakat Quraisy adalah salah satu contoh bentuk kemandirian sosial. Komunitas muslimin di bawah pimpinan Rasulullah tetap bersikap mandiri tanpa terkontaminasi dan tergoda oleh rayuan apapun, sekalipun berada ditengah-tengah tantangan realitas tribalisme Arab dan kecurangan transaksi sosial yang dilakukan kaum kuat terhadap kaum lemah, yang dialakukan kaum pedagang terhadap pembeli, yang dilakukan tuan Arab Quraisy terhadap suku lain. Rasulullah bersama kaum yang berbeda terhadap keputusan yang diambil oleh para penentu kesepakatan dalam komunitas mereka juga merupakan partisipasi masyarakat.


Jumat, 13 Mei 2016

KEARIFAN DEMOKRASI (Perpaduan Berkuasa dan Siap Dikritik)

Dalam konteks Indonesia,
pertarngan opini antara oposisi dan penguasa
belum lagi ditangkap publik secara luas
sebagai sesuatu yang penting untuk kontrol.
Dalam situasi seperti ini penguasa terlibat secara massif
menggunakan opini publik
sebagai justifikasi untuk melakukan counter balik
terhadap kritikan oposisi.

      Pengalaman proses transisi politik di Indonesia sampai pada situasi sekarang mendorong kita berfikir skeptis. Mungkinkah transisi demokrasi Indonesia berakhir dengan suatu kemenangan realitas demokratik, bahwa demokrasi (politik, terutama ekonomi dan hukum) betul-betul bisa diwujudkan. Sebab, Variabel, pendukung ke arah demokratisasi, nampaknya masih jauh api dari panggang. Aktor di panggung kekuasaan belum sepenuhnya serius menggawangi dan meretas demokrasi itu sendiri.

      Seperti biasa terjadi di Indonesia, faktor penghambat proses transisi demokrasi berasal dari dalam Negara sendiri. Secara sepintas, yang bisa dilihat adalah berakar pada aktor dan keterkaitan dengan masa lalu. Dengan kata lain, aktor yang sekarang memegang posisi sebagai pejabat Negara belum menyadari dirinya merupakan faktor signifikan pendorong demokratisasi. Kondisi ini ditambah lagi oleh adanya imitasi---untuk tidak mengatakan keterkaitan dengan---kekuatan politik masa lalu, sehingga yang terjadi selalu kompromi "di belakang layar" bukan---meminjam istilah Norberto Bobbio (1989)---Kompromi institusional yang dijamin oleh konstitusi demokrasi.

      Dalam kaitan ini, pertarungan politik yang melibatkan oposisi dengan pemerintah tidak bisa dihindarkan. Pada awalnya, oposisi hanya melakukan kritik keras terhadap kebijakan pemrintah (misalnya, tentang inpres Release & Discharge). Tampaknya pemerintah tidak bergeming terutama menyangkut hal imitasi terhadap masa laludan komprominya dengan para konglomerat dan birokrasi korup. Sehingga realitasnya, oposisi meningkatkan intensitas gerakan untuk mengkritik semakin keras pemerintah. Saya melihat dalam konteks persoalan di atas, ada diskursus menarik yang perlu disampaikan sebagai refleksi, terutama bagi pemerintah, yaitu mengenai makna demokrasi serta sikap demokrasi.

      Ketika melihat Negara-Negara yang sedang mengalami transisi demokrasi Juan K. Linz dan Alfred Stepan (1996) mengemukakan suatu tesis penting, yaitu proses kali yang ketiga pengertian suatu pemrintahan merupakan faktor peling menentukan: benar-benar terjadi konsolidasi demokrasi ataukah sebaliknya. Jika pemerintah pengganti menjelma menjadi aktor demokrasi, maka proses selanjutnya---dengan pengalaman yang telah dimiliki selama dalam kondisi belum normal---akan memanifestasikan  sistem dan pengelolaan Negara yang demokratis pula. Tetapi jika sebaliknya, maka Negara akan semakin otoriter (nondemocratic).

      Situasi tersebut ditengarai mengemuka karena beberapa hal, di antaranya:
1. Terjadinya kebosanan dan kelelahan publik terhadap proses pergantian rezim secara terus-menerus dibarengi oleh direkrutnya sedikit kekuatan oposisi dengan kompromi minimal. Kebosanan publik terhadap pergantian rezim berubah menjadi apatisme politik, karena harapan yang senantiasa didengungkan ketika pergantian rezim tidak bisa diwujudkan. Pada satu sisi, kebosanan ini bagi oposisi berikutnya yang mengkritik kebijakan-kebijakan penguasa terasa mendahului kehendak masyarakat. Sehingga, alih-alih mendapatkan dukungan dari nurani dan suara kuantitatif masyarakat, malahan ditiduh sebagai biang kerok ketidakberesan, atau justru malahan tidak mendapatkan respons sama sekali dari masyarakat. Pada sisi lain, bagi pemerintah kebosanan publik justru digunakan sebagai legitimasi bahwa apatisme politik publik merupakan bukti kebijakan mereka telah mengapresiasi aspirasi masyarakat luas.

    Direkrutnya sedikit kekuatan oposisi dalam proses kompromi minimalis, yang dipilih oleh pemerintah justru adalah mereka yg tidak memiliki basis massa. Hal ini membawah dampak serius, yakni demoralitas kekuatan oposisi lainnya. Dengan kata lain, ada semacam stigmatisasi terhadap oposisi yang senantiasa melakukan kritik bahwa mereka mengkritik karena tidak mendaparkan jatah kekuasaan. Sehingga, kalau mereka telah mendapatkan kekuasan akan sama saja dengan oposisi yang sudah direkrut.

2. Polarisasi kekuatan oposisi.
    Hal ini merupakan implikasi dari yang pertama. Dimana oposisi mengalami situasi saling menyalahkan. Yang terjadi akhirnya bukan konsolidasi demokrasi oleh posisi, melainkan kompromi---tepatnya "pelacuran" politik antara sebagian oposisi dengan penguasa.

3. Kesigapan pemerintah pengganti menangkap kesempatan kekuasaan sebagai legitimasi bahwa dirinya adalah penguasa sah dalam situasi normal. Padahal, dalam dalam kondisidemikian penguasa mestinya memosisikan diri sebagai penguasa interim (transisi). Situasi ini mengarahkan situasi politik dan sistem politik pada ruang konsolidasi Negara, bukan konsolidasi demokrasi. Sehingga yang dilahirkan rezim bukanlah kebijakan-kebujakan baru yang bisa dijadikan instrumen pendorong demokrasi, melainkan mobilisasi aparatur Negara menjadi penyangga kepentingan kekuasaan.

     Jika mengikuti keterangan di atas, maka transisi dan konsolidasi demokrasi di Indonesia secara signifikan bisa disebut analogis mengalami langkah mundur atau belum sempurna. Paling tidak, indikator, 1, 2 & 3 di atas merupakan kenyataan faktual kegagalan proses transisi dan konsolidasi demokrasi di Indonesia. Apalagi, bagi Linz dan Stepen, defenisi transisi demokrasi agak sulit direalisasikan.

      Transisi demokrasi menurut defenisi tersebut sempurna bila kesepakatan yang cukup mengenai prosedur politik untukmembentuk pemerintahan telah dicapai; bila pemerintahan dibentuk berdasarkan hasil langsung yang bebas dan popular vote; bila pemerintahan secara defacto memiliki otoritas penuh untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru; serta bila kekuatan eksekutif, legislatif dan yudikatif dihasilkan oleh demokrasi baru yang tidak harus melakukan pembagian kekuasaan dengan institusi lain di luar dirinya secara de jure.

      konteks Indonesia, pertarungan opini antara oposisi dan penguasa belum lagi ditangkap publik secara luas sebagai sesuatu yang penting untuk kontrol. Dalam situasi seperti ini penguasa terlihat secara massif menggunakan opini publik sebagai justifikasi untuk melakukan counter balik terhadap kritikan oposisi. Penguasa dalam beberapa kali pidato presiden misalnya, mengemukakan bahwa kinerja pemerintahan telah mengakomodir kepentingan masyarakat luas, sedangkan pada saat yang sama belum disertai perubahan kebijakan yang dituntuk oposisi (misalnya tentang penegakan hukum bagi para koruptor dan konglomerat hita). Penguasa melalui pidato Presiden dihadapan para pendukungnya justru mengklaim bahawa para pengkeritik Pemerintahsekarang ini tidak memiliki sense of nation, hanya penguasa dan para pendukungnya saja yang memiliki hal tersebut.

     Penguasa sepertinya khawatir otoritasnya dengan kritikan tersebut semakin pudar, bukan menjadikan kritikan tersebut sebagai sebuah masukan bagi Pemerintah yang patut di hargai, malah di anggap sebagai sebuah ancaman bagi kelangsungan Otoritas Pemerintahannya. Dalam posisi ini yang bisa dinilai dari penguasa adalah belum menyadari otoritasnya sebagai pemegang pemerintahan transisi. Pemerintah terlihat berusaha sekuat tenaga untuk melakukan konsolidasi Negara bukan konsolodasi demokrasi. Yang paling aktual sebagai upaya konsolidasi Negara untuk berhadapan dengan society adalah penggunaan aparat neegara sebagai alat kekuasaan. Pemerintah mengambil suatu perilaku politik yang represif terhadap siapapun yang mencoba mengkritiknya secara keras.

      Dengan dfenisi demokrasi seperti diungkapkan Norberto Bobbie (1989) yaitu, demokrasi minimum meliputi kesetaraan, jaminan hak-hak minoritas, penegakan aturan hukum, dan jaminan hukum bagi kebebsan berserikat dan menyamoaikan pendapat serta metode mencegah siapapun yang berkuasa agar tidak secara permanen menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, maka pemerintah Indonesia sebagaimana kebijakan-kebijakan kompromistik yang dikeluarkan---bukan yang lahir sebagai kebijakan yang sama sekali baru dengan model demokrasi baru---bisa dikatakan telah masuk dalam jurang otoriterianisme.

Otoriterianisme Negara, menurut Anders Uhlin (1997) biasanya ditandai oleh beberapa hal yaitu :
1. Sistem politik sebagai manifestasi dominasi negara atas masyarakat
2. Struktur ide-ide yang menjadi basis legitimasi otoriterianisme, serta
3. Keberadaan aktor-aktor otoriterianisme.
Realitas politik di Indonesia mutakhir, nampaknya tidak bisa dielakkan dari kesimpulan bahwa penguasa memang berperilaku otoriter. Inilah justru yang membuat sulit manifestasi defenisi transisi dan konsolidasi demokrasi sebagaimana diungkapkan Linz dan Stepan.

Maka dari itu, otoriterianisme Negara berjalan karena penguasa belum memiliki kearifan demokrasi. Kearifan demokrasi merupakan sikap perpaduan antara kekuasaan dan kesiapan dikritik. Menurut ungkapan Prof. Djaman Al-Kindi (Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, UMS) pada suatu kesempatan, demokrasi itu memiliki 3 tabiat dan sikap dasar, yaitu : Kebebasan, Pembatasan dan Kearifan. Tiga hal di atas harus jalin-berkelindan, agar penguasa tidak masuk ke lubang otoriterianisme atau bahkan fasisme. Demokrasi berbasis kebebasan seharusnya selalu disertai kearifan agar tidak menibulkan chaotic. Demikian juga, demokrasi berbasis pembatasan semestinya ditemani kearifan supaya tidak terjebak ke dalam otoriterianisme.

Akhir kata, bagaimanapun Pemerintah sebagai producer kebijakan-kebijakan semestinya memiliki keberanian tegas untuk tidak berkompromi dengan kekuatan manapun yang mencoba menghambat konsolidasi demokrasi. Sehingga tetap memegang teguh prinsip membangun konsolidasi demokrasi, bukan konsolidasi Negara. Sebab jika penguasa tdak segera mengubah langkah dan orientasi politiknya, maka hal itu berarti kegagalan penguasa meretas konsolidasi demokrasi. Dengan demikian tidak bisa disalahkan apabila oposisi memintanya mundur atau bahkan melengserkannya dari tampuk kekuasaan. Sebagaimana lumrah terjadi dalam setiap proses perubahan politik, sistem yang dikelola sangat bergantung kepada aktor politiknya. Oleh karena itu, jika aktornya memang gagal dan tidak mampu lagi mengelola Negara dalam kerangka konsolidasi demokrasi memang sebaiknya diminta mengundurkan diri saja secara terhormat atau kalau tidak berkenan, perlu segera dipikirkan untuk dilengserkan.